Senin, 18 Oktober 2021

Generos Sebagai Fenomena

Sejak kerjasama dengan Generos, saya dan istri sering membicarakan tentang isu keterlambatan berbicara (speech delay) pada anak. Bahkan dari artikel pertama yang saya publish melalui blog penulis Garut, kami sudah mendownload beberapa jurnal penelitian tentang speech delay.

 

Terlebih lagi, kami bela-belain ngobrol dengan seorang teman yang kerja di bidang kesehatan atau tepatnya, dia kerja di Rumah Sakit dr. Slamet, Garut. Ngomong-ngomong, pada saat itu kami melakukannya untuk memahami betul apa itu speech delay, dan bagaimana cara mengatasinya.

 

Pertama kali berbincang tentang speech delay bersama teman kami yang bekerja di Rumah Sakit Dr. Slamet itu, kami terkejut mendengar informasinya darinya.

 

Dia mengatakan bahwa—informasi ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Mc Namara pada 2016 lalu—dari 126 anak yang masuk dalam penelitiannya, 13,5% mengalami masalah pada bahasa dan bicara. Lalu 6,3% bermasalah pada bahasa dan bicara moderat, dan 8,7% bermasalah pada bahasa tanpa gangguan bicara.

 

Pada saat itu salah satu alasan yang membikin saya dan istri terkejut, yakni ketidaktahuan kami terkait speech delay ini. Padahal, kami adalah calon orangtua. Dan memang kalau ditarik lebih dalam lagi, isu keterlambatan berbicara ini kurang diperhatikan oleh para orang tua, di mana kebanyakan orang tua merasa sang anak akan tumbuh berkembang seperti anak normal lainnya seiring dengan berjalannya waktu tanpa perlu mengkhawatirkan gangguan perkembangan pada anak.

 

Padahal, dalam salah satu jurnal yang pernah saya baca melaporkan bahwa 18% dari anak berusia 6 tahun di Indonesia masih memiliki gangguan yang belum terselesaikan, yakni mereka belum menguasai pengucapan dengan baik dan benar.

 

Selain orang tua, minimnya perhatian pemerintah terhadap isu speech delay menjadi salah satu faktor sedemikian besarnya dampak yang timbul akibat keterlambatan berbicara pada anak. Andai pemerintah kita menghimbau kepada masyarakat atau kepada para orang tua untuk memperhatikan isu speech delay ini, mungkin ini akan menjadi solusi atau menjadi salah satu cara guna mengatasi speech delay.

 

Boleh jadi selama ini saya, istri, dan para orang tua tidak mengenal istilah speech delay atau tidak memperhatikan isu speech delay disebabkan karena pemerintah kita tidak mensosialisasikannya. Oleh karena itu, saya kira, pemerintah perlu mengadakan sosialisasi kepada masyarakat dan para orang tua.

 

Sosialisasi yang dilakukan pemerintah seharusnya bertujuan untuk:

 

1.      Melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama masyarakat yang memiliki bayi atau balita. Sosialisasi yang dilakukan mengenai gangguan keterlambatan bahasa dan bicara pada anak.

2.      Sosialisasi kepada orang tua untuk mengetahui tahapan bahasa dan bicara pada anak.

3.      Melakukan sosialisasi kepada orang tua dalam rangka mengetahui apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi keterlambatan berbicara pada anak.

 

Dengan melakukan sosialisasi tersebut, setidaknya orang tua bakalan peka terhadap perkembangan anak. Kemudian orang tua akan menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dengan anak-anak lainnya ketika anaknya mengalami gangguan berbicara. Dan kemungkinan, orang tua akan terus mencari apa penyebab dan cara mengatasinya.

 

Sosialisasi yang dilakukan pemerintah dengan tiga tujuan yang saya sebutkan di atas, itu akan sangat logis. Tidak perlu ditutup-tutupi lagi isu speech delay ini.

Untuk mencapai tiga tujuan tersebut sosialisasinya mudah saja, yakni dengan cara mendatangi rumah anak yang memiliki gangguan keterlambatan berbicara. Mulai dari memberikan materi kepada orang tua, hingga menjelaskan cara apa saja yang dapat mengatasi gangguan keterlambatan berbicara tersebut.

 

Generos sebagai bentuk ikhtiar

Akan tetapi, saya masih tetap konsisten terkait mengatasi gangguan keterlambatan berbicara pada anak. Seperti yang saya sampaikan dalam tulisan cara mengatasi speech delay pada anak, justru paling efektif mengkonsumsi Generos.

 

Artinya, penanganan speech delay dengan mengaplikasikan materi-materi atau teori-teori yang ditemukan di internet sah-sah saja. Namun, suplemen herbal anak ini lebih baik bagi kesehatan anak. Sebab dengan mengkonsumsi Generos, ada banyak kandungan vitamin di dalamnya. Dan gangguan keterlambatan pada anak akan ada perubahannya.

 

Saran saya, sekiranya kurang efektif menggunakan teori, bisa dibantu dengan suplemen herbal seperti Generos agar hasilnya lebih optimal.

 

Kesimpulannya dari penjelasan saya di atas, masih banyak masyarakat dan orang tua yang minim perhatian terhadap isu speech delay. Terlebih lagi, pemerintah kita pun demikian. Semoga dengan adanya tulisan ini, kita jadi lebih peka.

 

Related Posts

Generos Sebagai Fenomena
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.