Sejak kerjasama dengan Generos, saya dan istri sering membicarakan tentang isu keterlambatan berbicara (speech delay) pada anak. Bahkan dari artikel pertama yang saya publish melalui blog penulis Garut, kami sudah mendownload beberapa jurnal penelitian tentang speech delay.
Terlebih lagi, kami
bela-belain ngobrol dengan seorang teman yang kerja di bidang kesehatan atau
tepatnya, dia kerja di Rumah Sakit dr. Slamet, Garut. Ngomong-ngomong, pada
saat itu kami melakukannya untuk memahami betul apa itu speech delay, dan
bagaimana cara mengatasinya.
Pertama kali
berbincang tentang speech delay bersama teman kami yang bekerja di Rumah Sakit
Dr. Slamet itu, kami terkejut mendengar informasinya darinya.
Dia mengatakan
bahwa—informasi ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Mc Namara pada
2016 lalu—dari 126 anak yang masuk dalam penelitiannya, 13,5% mengalami masalah
pada bahasa dan bicara. Lalu 6,3% bermasalah pada bahasa dan bicara moderat,
dan 8,7% bermasalah pada bahasa tanpa gangguan bicara.
Pada saat itu salah
satu alasan yang membikin saya dan istri terkejut, yakni ketidaktahuan kami
terkait speech delay ini. Padahal, kami adalah calon orangtua. Dan memang kalau
ditarik lebih dalam lagi, isu keterlambatan berbicara ini kurang diperhatikan
oleh para orang tua, di mana kebanyakan orang tua merasa sang anak akan tumbuh berkembang
seperti anak normal lainnya seiring dengan berjalannya waktu tanpa perlu
mengkhawatirkan gangguan perkembangan pada anak.
Padahal, dalam salah
satu jurnal yang pernah saya baca melaporkan bahwa 18% dari anak berusia 6
tahun di Indonesia masih memiliki gangguan yang belum terselesaikan, yakni
mereka belum menguasai pengucapan dengan baik dan benar.
Selain orang tua,
minimnya perhatian pemerintah terhadap isu speech delay menjadi salah satu
faktor sedemikian besarnya dampak yang timbul akibat keterlambatan berbicara
pada anak. Andai pemerintah kita menghimbau kepada masyarakat atau kepada para
orang tua untuk memperhatikan isu speech delay ini, mungkin ini akan menjadi
solusi atau menjadi salah satu cara guna mengatasi speech delay.
Boleh jadi selama ini
saya, istri, dan para orang tua tidak mengenal istilah speech delay atau tidak
memperhatikan isu speech delay disebabkan karena pemerintah kita tidak
mensosialisasikannya. Oleh karena itu, saya kira, pemerintah perlu mengadakan
sosialisasi kepada masyarakat dan para orang tua.
Sosialisasi yang
dilakukan pemerintah seharusnya bertujuan untuk:
1.
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama masyarakat
yang memiliki bayi atau balita. Sosialisasi yang dilakukan mengenai gangguan
keterlambatan bahasa dan bicara pada anak.
2.
Sosialisasi kepada orang tua untuk mengetahui tahapan bahasa dan
bicara pada anak.
3.
Melakukan sosialisasi kepada orang tua dalam rangka mengetahui
apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi keterlambatan berbicara pada
anak.
Dengan melakukan
sosialisasi tersebut, setidaknya orang tua bakalan peka terhadap perkembangan
anak. Kemudian orang tua akan menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dengan
anak-anak lainnya ketika anaknya mengalami gangguan berbicara. Dan kemungkinan,
orang tua akan terus mencari apa penyebab dan cara mengatasinya.
Sosialisasi yang
dilakukan pemerintah dengan tiga tujuan yang saya sebutkan di atas, itu akan
sangat logis. Tidak perlu ditutup-tutupi lagi isu speech delay ini.
Untuk mencapai tiga
tujuan tersebut sosialisasinya mudah saja, yakni dengan cara mendatangi rumah
anak yang memiliki gangguan keterlambatan berbicara. Mulai dari memberikan
materi kepada orang tua, hingga menjelaskan cara apa saja yang dapat mengatasi
gangguan keterlambatan berbicara tersebut.
Generos sebagai bentuk
ikhtiar
Akan tetapi, saya
masih tetap konsisten terkait mengatasi gangguan keterlambatan berbicara pada
anak. Seperti yang saya sampaikan dalam tulisan cara mengatasi speech delay pada anak, justru paling
efektif mengkonsumsi Generos.
Artinya, penanganan
speech delay dengan mengaplikasikan materi-materi atau teori-teori yang
ditemukan di internet sah-sah saja. Namun, suplemen herbal anak ini lebih baik
bagi kesehatan anak. Sebab dengan mengkonsumsi Generos, ada banyak kandungan
vitamin di dalamnya. Dan gangguan keterlambatan pada anak akan ada
perubahannya.
Saran saya, sekiranya
kurang efektif menggunakan teori, bisa dibantu dengan suplemen herbal seperti Generos agar hasilnya lebih
optimal.
Kesimpulannya dari
penjelasan saya di atas, masih banyak masyarakat dan orang tua yang minim
perhatian terhadap isu speech delay. Terlebih lagi, pemerintah kita pun
demikian. Semoga dengan adanya tulisan ini, kita jadi lebih peka.